Berkenalan dengan Busan, Annyeonghaseyo…


Penerbangan Air Asia yang menggunakan pesawat berbadan lebar itu tinggal landas dari bandara LCCT Kuala Lumpur itu sekitar 1 jam lewat tengah malam, menyebabkan saya terkantuk-kantuk sepanjang penerbangan. Untunglah 2 bangku di sebelah saya kosong sehingga bisa merebahkan badan mencoba tidur dengan posisi tetap terikat dengan safety-belt kursi. Kondisi ‘tidur-tidur ayam’ rasanya tidak berlangsung lama dan akhirnya benar-benar terjaga ketika awak pesawat terasa lebih sering mondar mandir dan merasa sudah waktunya seluruh penumpang dibangunkan dengan cara menyalakan lampu pesawat serta membagikan sarapan sesuai pesanan.

Ruang Kedatangan Bandara Gimhae - Busan
Ruang Kedatangan Bandara Gimhae – Busan

Dan tak lama setelah itu, saya masih sibuk merapikan diri ketika roda pesawat terasa menyentuh landasan Gimhae, Busan, Korea Selatan. Melakukan perjalanan sendirian, rasanya selalu sama ketika sampai pada negara yang baru pertama kali dikunjungi. Ada rasa bahagia, tak percaya sudah sampai, sedikit takut dan was-was tetapi selalu lebih banyak semangat dan keinginan menjelajah.

Dan akhirnya pagi itu, saya menjejakkan kaki, berdiri di tanah Korea Selatan. Ada rasa pencapaian memenuhi dada. Horeee!

Bus di bawah pesawat itu mengantar saya dan penumpang lainnya ke gedung kedatangan yang tidak berapa jauh. Bangunan bandara Gimhae di Busan tidak terlalu megah. Kegiatan kerja belum terlalu terlihat, mungkin karena masih pagi. Imigrasi bagian kedatangan bekerja efisien, semua komunikasi dilakukan dalam bentuk gambar sehingga orang yang melewati imigrasi pun mengetahui jari-jari tangan yang harus dipindai. Sebagian jalur imigrasi dibuat otomatis do-it-yourself untuk pemegang paspor Korea, menandakan supremasi teknologi Korea. Selanjutnya, bagian customs memeriksa dengan cukup teliti, karena produk-produk buah-buahan, daging, sosis, keju termasuk yang harus dideklarasikan. Ketika saya bertanya apakah saya harus mendeklarasikan 1 pak keju slices dan abon yang saya bawa sebagai snack, petugas mempersilahkan saya untuk melanjutkan perjalanan. Baiklah, saya jalan terus, kearah area publik dan… disinilah saya menyadari supremasinya Hangul, sebagai karakter tulisan di Korea

Mungkin mata saya terbiasa melihat dan membaca huruf Latin, atau mungkin juga mata saya sudah mulai rabun… Sebab sepertinya mata ini tak melihat banyak huruf Latin. Penanda arah dalam bahasa Inggeris bukannya tidak ada, tapi yang dalam Hangul jauh lebih banyak dan lebih besar. Kejutan ajaib nomor satu. Hmmm.. saya mencoba berpikir positif, tapi siapa yang menjadi tamu di sini, penduduk Korea atau saya? Dan bukankah penanda arah dalam Hangul itu lebih bermanfaat untuk penduduk Korea yang lebih mayoritas di sini daripada saya yang cuma sendiri? Tidak mau kalah oleh rasa bingung yang tiba-tiba menyergap membuat saya melangkah lurus menuju Information.

Namun saya dapati konter informasi, kosong, tidak ada satu manusia pun. Tidak ada peta. Mungkin karena belum masuk dalam jam kerjanya. Kejutan ajaib nomor dua. Saya pindah ke sebelahnya, kebetulan tempat penyewaan modem wifi, yang di Korea disebut dengan Egg. Walaupun sebelumnya tidak memesan, ternyata modem wifi tersedia. (yang nantinya pada akhir perjalanan, saya sangat mensyukuri karena menyewa modem wifi ini, karena saya lebih sering bergerak daripada berdiam di satu titik). Saya mencoba berkomunikasi dengan petugasnya, tetapi sepertinya ia trampil berbahasa Inggeris hanya dalam lingkup penyewaan modem, selebihnya dia lebih banyak meminta maaf karena ketidaktahuannya. Selesai utusan penyewaan modem, saya mencoba ke minimart di bagian ujung, untuk tahap awal melebur dalam kehidupan penduduk lokal, namun entah kenapa, saya hanya mendapat kesan menjadi minyak dalam air. Kejutan ajaib selanjutnya. Tetapi yang pasti, saya tidak mau terjebak dalam kesan pertama yang mungkin salah.

Akhirnya, sebelum melanjutkan ke kota, saya memilih duduk dan sarapan bekal roti dari Jakarta sambil melihat dan mencari situasi yang lebih positif. Beberapa wajah tanpa senyum memperhatikan saya, mungkin mengira-ngira dari mana asalnya saya ini yang nekad makan di area publik. Mereka tidak tahu bahwa saya baru datang dan sedang memompa semangat untuk menjelajah Korea. Waktu berjalan terus dan setiap detik yang lewat membuat waktu saya untuk menjelajah Busan hilang begitu saja. Saya harus menaklukkan kecemasan dan kebingungan yang tiba-tiba muncul, saya harus berani… by any means, saya akan naik apa saja, pokoknya sampai ke pusat kota!

Tadinya saya berencana menggunakan kereta untuk ke kota, tetapi salah saya tidak mencari info dimana letak kereta di bandara itu. Saya juga memiliki alternatif menggunakan bus, tetapi lagi-lagi salah saya, tidak lengkap mencari info posisi bus-stop, nomor bus berapa dan harganya berapa. Asumsi saya Korea Selatan adalah negara maju yang juga berorientasi pada pariwisata (karena iklannya luarbiasa bagus) tentu informasinya banyak dan ditunjang sepenuhnya. Ternyata menurut saya, tidak sepenuhnya benar.

Dan syukurlah, di konter Information Center, yang kembali saya lewati, sudah ada petugas jaga. Saya langsung mendatangi dan bertanya padanya. Tetapi mungkin karena bergegas, saya tidak melihat lagi tanda bahwa dia adalah petugas informasi yang menangani bahasa Mandarin. Whoaaa… dengan muka lurus (sedikit kesal mungkin) sambil bicara Mandarin, ia mengarahkan saya kepada temannya yang sedang mempersiapkan konternya. Pindah ke konter sebelahnya lagi, puji syukur akhirnya saya mendapat informasi untuk ke kota dengan menggunakan bus limousine.

Dengan cepat saya melangkahkan kaki ke tempat Bus berhenti dan bertanya pada orang di dekat pintu bus, yang ternyata adalah pengemudi bus itu. Setelah mengkonfirmasikan tujuan ke Busan Station, saya naik dan bayar. Saya mengira bahwa saya penumpang terakhir di bus limousine sebelum berangkat karena saya menduduki kursi terakhir yang masih tersedia. Tetapi rupanya tidak berbeda dengan bus di Jakarta, supir bus masih menunggu beberapa penumpang lagi yang bersedia berdiri. Saya jadi teringat artikel yang mengatakan bahwa di Korea itu tidak aneh bila dalam transportasi publik dijejali dengan orang. Tidak beda dengan keadaan kereta komuter di Jakarta atau bus transJakarta dalam peak hour. Ini kejutan ajaib lagi…

Bus berjalan dengan kecepatan sedang sehingga saya bisa menikmati pemandangan Busan yang berada di tepi laut Timur. Inilah yang saya suka dari traveling, selalu ada keindahan yang bisa menghapus kejutan-kejutan ajaib. Busan merupakan kota pelabuhan, kota bisnis yang sibuk, kota pantai, dan sebagai kota kedua terbesar di Korea Selatan setelah Seoul, tentunya Busan menjanjikan keindahan dan kegemerlapan apapun yang diinginkan.

Gedung Busan_Station
Gedung Busan_Station

Tidak sampai 1 jam perjalanan, bus berhenti di Busan station dan hampir semua orang turun. Untunglah ada informasi suara yang cukup keras untuk menyadarkan bahwa saya sudah sampai pada tujuan dan harus turun juga. Dan kejutan ajaib datang lagi, di halte bus itu, saya berdiri hanya dengan ransel saya. Bagaimana cara menuju penginapan? Semua penumpang tadi sudah pergi, tidak ada orang di sekitar, dan kalau pun ada satu dua, tampaknya sibuk dengan urusannya sendiri dan tak mau diganggu. Lagi pula saya pun tidak yakin bisa ditanya dalam bahasa Inggeris. Tetapi saya gila, kalau saya diam tak bertindak. Saya melihat gedung Busan Station jauh diseberang. Penginapan saya katanya tidak jauh dari gedung Busan Station. Tapi tidak jauh kan berarti dalam lingkaran, harus ke arah mana? Saya mencoba orientasi arah dan melangkah, kalau pun tersesat, saya bisa mulai lagi dari tempat ini. Dan, saat itulah saya melihat tangga ke bawah, menuju subway. Wah, luarbiasa! Karena saya memiliki petunjuk ke arah penginapan saya dari arah subway, bukan dari halte bus. Saya turun ke bawah dan mencari peta yang biasa ada di setiap stasion subway. Mudah-mudahan dijelaskan pula dalam bahasa Inggeris! Saya tidak perlu jauh mencarinya dan setelah mempelajarinya, ternyata… lubang saya masuk itu adalah tempat seharusnya saya keluar. Wah! Saya berada pada jalur yang tepat. Saya hanya perlu mengikuti petunjuk catatan menuju penginapan. Sudah dekat, hanya 100 meter. Tak lupa saya window shopping. Selamat datang pada dunia Hangul, dunia dimana karakter latin menjadi minoritas. Saya cemas. Bisakah saya survive di Korea? Perjalanan masih tujuh hari ke depan. Ah, itu nanti dulu, sekarang ke penginapan dulu.

Menemukan Hotel tempat saya menginap seperti menemukan surga dunia. Setelah diberikan hadiah perkenalan dengan Busan melalui kejutan-kejutan ajaib, akhirnya saya menemukan sarang untuk menenangkan diri. Paling tidak, saya menemukan tempat untuk bisa memompa semangat. Saya melangkah yakin ke dalam, mencari tempat reception dan membayangkan tempat resepsionis seperti layaknya hotel di Indonesia. Tetapi bayangan itu hancur lebur, tidak ada konter resepsionis, yang ada hanya loket kaca, seperti tempat jual karcis. Setelah ber-Annyeong haseyo pada perempuan tua di balik bilik dan menyerahkan lembar konfirmasi pemesanan kamar, tanpa menanyakan paspor dan basa basi, ia langsung menyerahkan kunci kamar. Efisien, tanpa bicara (mungkin bahasa Inggeris-nya terbatas juga) ia menyelesaikan tugasnya. Saya sendiri terkejut dengan efisiensinya dia, bahkan saya bisa masuk ke kamar sebelum waktu check-in tanpa tambahan biaya. Ah… kemudahan ini patut disyukuri. Selalu! Diantara kejutan-kejutan ajaib yang memusingkan dan melelahkan hati, pasti lebih banyak hal yang terjadi yang patut disyukuri.

Perkenalan pertama saya dengan Busan memang menarik dan penuh kejutan… serta yang lebih penting Busan sedang menunggu untuk dijelajahi…

19 tanggapan untuk “Berkenalan dengan Busan, Annyeonghaseyo…

      1. maaf mbak numpang tanya,Mbak Tatik tau g cara buat visa ke korea dari hongkong,,,? maksih sblmnya,,,,hehe

        Suka

  1. Wah Saya tahun kemaren waktu ke korea cuma ke seoul, gak sempat ke busan. padahal pengen ke busan. katanya sangat bagus pantainya ya di busan? mudah2an aja next time bs kesana 🙂

    Suka

    1. Hai… Wah sayang juga tidak ke Busan ya saat itu. Memang pantai Busan indah. Ada fotonya kok di slideshow-nya. Tetapi kalau sudah terbiasa dengan kemajuan penunjuk arah di Seoul, siap-siap saja dengan cukup terbatasnya petunjuk arah di Busan, hehehe… dan relatif lebih sedikit orang yang bisa bicara bahasa Inggeris dibandingkan dengan orang-orang di Seoul (hehehe, tetapi ini pengalaman saya lhoo… siapa tau beda!) Semoga bisa kesampaian ke Busan lain waktu ya…

      Suka

  2. Wah gitu ya mbak Riyanti, terima kasih ya info nya.. saya sebenarnya juga pengen sih berbagi cerita pengalaman travel ke luar negeri tapi belum kesampean nulisnya, keseringan males hehehe… Waktu itu saya di seoul aja dah ribet mbak bahasanya soalnya saya dulu sempet satu hari homestay dan ommoni nya gak bisa bahasa ing sama sekali, di sevel juga jarang pegawainya yg bs bhs ing, jadinya kamus dan google translate beraksi hahaha… gak kebayang gimana kl di busan ya..

    Suka

    1. Dear GalihDS,
      Mulai deh menulis dengan apa yang ada di kepala, dengan bahasa yang paling gampang, yang biasa kalau lagi cerita ke orang lain. Upload foto, cerita foto itu… nanti jadi deh blog-nya. Dan… Hahaha, memang di Korea, walaupun negaranya maju, nasionalisnya tinggi sekali. Kebayang kan waktu saya kesasar di tengah hutan di Gayasan National Park? Emang waktu ke Korea luar biasa sekali perjuangannya ya supaya bisa berkomunikasi dengan warga lokal. Untung ada Google hahaha…

      Suka

  3. Mba, jadi penasaran sama cerita wifi egg nya nih. tanya ya..
    1.klo kita sewa, biaya sewa apa sudah termasuk dgn kuota/service?
    klo tidak, berapa yg hrs kita tambah/hr?
    2. 1 wifi bisa ga dipake 2 device/hp smartphone?
    soalnya itinerary aku -serius-mirip bgt ama Mba. aku dr Busan ke GyeongJu, Pohang trus Seoul mampir di Muju Firefly Festival balik ke Busan. jd mobile terus, takut klo nyasar ga bs tanya mbah gugle map hehe, makanya rencana mo pinjem egg itu..ku tunggu jawaban mu Mba..thank youuu

    Suka

    1. Dear Tesya,
      Rasanya providernya memberikan pilihan per periode deh, bisa 3, 5 atau seminggu (maaf saya lupa). Jadi saya pesannya sesuai lama trip saya di Korea, sehingga saya ga pusing-pusing lagi. Kalau setuju, kartu kredit kita diblok dulu, nanti di akhir perjalanan bayar pas Egg-nya dikembalikan semua disettled. Untuk lebih lengkapnya coba googling deh soal Egg ini. tadinya saya kira harus daftar, tetapi ternyata waktu itu bisa langsung (bisa jadi karena stock lagi ada ya). Terus 1 wifi bisa diconnect ke lebih 1 device kok. Semakin banyak ya semakin mahal hehe. Ketika itu saya bawa ke 3 devices semua lancar wush-wush-wush… dari atas bus, kereta, sampai subway semua ok. Internet disana kan luarbiasa kencengnya. Aku rekomen banget deh pake Egg ini, sisihkan dana untuk ini jadi bisa online sepanjang jalan. Semoga membantu ya…

      Suka

  4. Hi Mba Riyanti,

    mau nanya waktu apply visa ke Korea itu pake menyerahkan SIUP perusahaan juga gak ya? karena di syaratnya kan harus. HRD di kantor saya agak ribet menanyakan tujuan harus menyerahkan SIUP itu soalnya..

    Suka

    1. Dear Denna,
      hmmm… sepertinya susah-susah gampang ya soal ini. Kalo perusahaan tempat Denna bekerja cukup dikenal masyarakat, rasanya tidak usah menyertakan (saya juga gitu kok), asal surat keterangan kerjanya meyakinkan dan didukung sama dokumen keuangan lain ya… SIUP itu sepertinya hanya sebagai poin penguat bahwa si orang pengaju visa itu bener-bener kerja di perusahaan yang tidak fiktif. waktu itu saya menyertakan kartu nama, supaya tambah keren & meyakinkan aja hehehe… karena pasti sama deh, kita minta SIUP perusahaan susahnya luarbiasaaa… (kalo perlu, siapin company profile hahahaha…) Semoga membantu ya..

      Suka

    1. dulu sih saya apply visanya krn sudah pasti mau berangkat ya, jd dah jelas semua sampe ke alamat2nya saya masukkan ke itin yang diminta. Kalo mba mau sih, cari yang hotelnya free cancellation. Kalo secara profile kita itu meyakinkan, pasti visanya disetujui
      Waktu itu di mirabell deh kayaknya. hihihi dah lama juga soalnya. Sorry terlambat banget balasnya yaaa…

      Suka

Please... I'm glad to know your thoughts

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.