Uji Nyali di Pagi Hari Yang Indah


The Hanging Lanterns
The Hanging Lanterns

Pagi hari masih berada di atas tempat tidur di kamar yang hening sambil melihat kembali foto-foto kota kuno Hoi An yang indah dengan kerlap-kerlip lampion warna warni di kamera, rasanya menyenangkan sekali. Apalagi hari ini akan mengunjungi My Son, destinasi percandian yang sudah lama diimpikan. Nikmatnya My Me-Time yang sudah kesekian kali ini, memang membuat ketagihan karena rasanya seperti mencapai langit ketujuh, bisa merasa begitu dekat dengan Pemilik Semesta. Ketika segala topeng di wajah tak perlu dikenakan, ketika segala takut dan cemas bisa ditinggalkan di belakang, ketika airmata bisa mengalir kapan saja tanpa rasa dihakimi, ketika bahagia dan syukur bisa dilantunkan penuh pujian tanpa putus, ketika tak perlu merasa malu karena tak mampu dan masih banyak ketika-ketika lain yang semuanya satu. Sejatinya manusia.

Dan saat seperti ini, kejernihan suara hati lebih sering tampil ke permukaan. Tetapi apakah didengarkan atau diabaikan, semua itu tergantung dari situasi yang dihadapi. Juga pagi itu.

Sejak mendarat di Vietnam tak cuma sekali suara hati itu berusaha menggapai kesadaran saya untuk memeriksa cap paspor setelah melewati imigrasi Vietnam. Hanya sekedar mendengar, tetapi tidak bertindak, karena tidak ada negara baru yang didatangi sepanjang tahun 2015. Sebuah kebiasaan buruk sebenarnya, karena sebaiknya kita memeriksa paspor sendiri saat melewati imigrasi, mungkin kecuali Hong Kong dan Macau ya, karena dua tempat itu sudah tidak cap paspor lagi (Teringat dulu ketika naik KTM dari Singapura ke Malaysia saya tidak tahu bahwa paspor tidak dicap masuk oleh imigrasi Malaysia, sehingga harus gelagapan menunjukkan tiket pergi KTM, -yang untungnya masih disimpan-, di imigrasi Malaysia saat keluar untuk pulang ke Jakarta).

20160106_140824ee

Nah, saat leyeh-leyeh di tempat tidur itulah suara hati itu kembali mengguncang kesadaran dan akhirnya berhasil membuat saya ingin melihat bentuk cap dan warna imigrasi Vietnam. Artinya harus mengambil paspor yang ada di dompet hijau.

Sejak kehilangan dompet uang (dan Alhamdulillah ketemu lagi) ketika melakukan perjalanan ke Hong Kong – Macau di akhir tahun 2013 lalu, kini tersedia dua dompet yang berbeda untuk  uang dan kartu-kartu. Pengalaman itu luar biasa sekali stressnya. Bayangkan ada paspor, tetapi tidak punya cukup dana untuk seluruh keluarga untuk sampai ke tanggal pulang. Sejak itu, keberadaan dompet mendapat perhatian lebih. Dompet berwarna hijau dipakai untuk menyimpan paspor, dua kartu dan uang sehari-hari, dan dompet hitam yang tidak pernah dikeluarkan dari ransel kecuali sangat diperlukan.

Karena dompet hijau itu bisa dibilang nyawa perjalanan, maka selalu berada dalam jangkauan mata dan tangan serta biasanya diletakkan berdekatan dengan ponsel. Pagi itu dompet hijau berada di atas meja dekat kaki tempat tidur. Dengan sedikit malas, saya mengarah ke meja dan mengambil dompet hijau itu.

Segera saya buka ritsletingnya dan… Ya Tuhan… Paspor TIDAK ADA!!!

Mengedip sekali tak percaya, terlintas di benak kemungkinan paspor terselip di kantong sebelahnya… Langsung saja saya buka ritsleting satunya lagi…. TIDAK ADA JUGA!!!

Sepersekian detik kemudian, semua isi dompet hijau itu sudah berserakan di atas tempat tidur, uang, kartu kredit, kartu debit, lembar pesanan hotel dan boarding-pass penerbangan pulang, serta nota-nota tak penting lainnya… semua lengkap, KECUALI PASPOR!!! Huuuuaaaaaaaa…

PASS-E1

Ada rasa terkejut menyergap ke seluruh tubuh, lalu berusaha mengingat-ingat dimana dan kapan terakhir saya memegang paspor. Satu detik, dua detik dalam diam, meyakinkan diri untuk tidak panik. Harus bisa berpikir tenang agar dapat mengingat kronologis perjalanan.

Sambil tetap berusaha mengingat-ingat dan berusaha tenang, ransel daypack yang digunakan semalam untuk jalan keliling Hoi An, saya bongkar seluruh isinya dan sama seperti dompet hijau, isinya tertumpah semua ke tempat tidur. Tetapi si buku kecil bersampul hijau itu tetap lenyap tak terlihat.

Yang pasti, waktu hilangnya antara check-in kemarin hingga pagi ini, karena tidak mungkin tidak menyerahkan paspor saat check-in bukan?  Tetapi sejak saat itu hingga pagi ini, artinya bisa dimana saja, di ribuan tempat walau hanya di kota kuno Hoi An. Masih bersyukur bisa menentukan tempat dan waktunya sehingga ada batas yang jelas (tapi jelas atau tidak, paspor tetap lenyap…).

Teringat peristiwa tahun lalu, tepat perjalanan akhir tahun, sama seperti sekarang. Bedanya waktu itu bersama keluarga, kali ini sendirian. Waktu itu terbantu oleh dukungan orang-orang tercinta, kali ini tidak ada mereka disini. Situasinya hampir sama, kehilangan “Nyawa Perjalanan”, kalau tahun lalu seluruh dompet beserta isinya, kalau tahun ini PASPOR!

Walaupun memaksa diri untuk tetap tenang, ada sejumput rasa tegang yang naik dengan cepat ke permukaan tubuh. Hanya sejumput! Karenanya, saya cukup heran dengan diri sendiri, tidak ada kepanikan. Bisa dibilang tenang, bahkan terlalu tenang untuk ukuran masalahnya. Tetapi itu SAMA seperti tahun lalu, saat menyadari berada di negara orang dan tanpa uang, saat itu saya tenang, bahkan terlalu tenang. Apakah ini sebuah pertanda?

Ya Tuhan, ada apa lagi kali ini… Ada tarik ulur yang hebat antara logika dan rasa. Yang satu berkata harus cepat karena berlomba dengan waktu, yang satu berkata nikmatilah bersama sang waktu, yang satu bicara soal yang nyata yang lain lebih pada jiwa. Akhirnya saya menyerah, karena yang mendominasi rasa berserah. Ya, saya hanya perlu pasrah, percaya sepenuhnya padaNya bahwa semua akan baik-baik saja. Sabar dan tenang. (Walau tak bisa dibohongi, rasa panik mulai naik menyerang ketenangan itu…)

Bagaimana bisa tenang…???

Tetapi kesadaran saya masih berfungsi baik. Kepanikan yang tidak perlu harus diatasi sebelum menjadi liar. Panik tidak akan menyelesaikan masalah. Harus ada solusi. Jadi what’s next? First thing first!

Mandi!

Ternyata tenang itu memang bermanfaat. Asli, saya bisa meletakkan masalah kehilangan itu di depan pintu kamar mandi lalu berpikir dan menetapkan langkah berikutnya secara detail sambil browsing yang diperlukan selama duduk di kloset. Yang pasti, harus kerjasama dengan pihak hotel terutama ketika berhubungan dengan pihak berwenang (polisi setempat), lalu menapak tilas rute semalam dalam satu jam karena siapa tahu ada yang berbaik hati mengembalikan paspor, lalu mengurus surat kehilangan dipastikan harus selesai hari itu, kemudian terbang ke Hanoi untuk langsung mengurus ke KBRI (karena hari itu adalah hari Jumat) dan ucapkan selamat tinggal pada liburan karena tentu saja harus langsung pulang setelah mengurus SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor). Untunglah semua dokumen penting sudah disimpan ke cloud, jadi tinggal dicetak. Tak boleh lupa harus menyediakan dana untuk hidup di Hanoi. Ketika permasalahan sudah diidentifikasi batas-batasnya, rasanya semakin tenang. Kalau pun ada rasa tidak nyaman, harusnya normal, karena berpergian dengan satu kondisi yang tidak menyenangkan. Tetapi selalu ada alasan positif kan? Bukankah saya belum pernah ke Hanoi? Pemikiran itu membuat saya mandi dengan nyaman dan sempat keramas dulu walau lebih cepat dari biasanya, hehehe…

Barang-barang telah rapi tetapi sebelum ke lobby untuk melakukan langkah pertama, saya sisihkan waktu untuk berkomunikasi dengan Dia Pemilik Semesta. Dan setelah kewajiban selesai, saya masih bersimpuh dalam diam, tak terasa airmata jatuh. Hanya ada satu kata. Pasrah. Menerima yang harus dijalani, karena saya sedang diuji. Tepat seperti tahun lalu, Desember yang sama, seakan diminta untuk Percaya, untuk Yakin, untuk Sabar akan pertolonganNya.

Satu airmata jatuh lagi, bukan karena sedih, melainkan merasa tak berdaya dengan serupanya ujian dalam selang waktu tepat satu tahun.

Namun di balik rasa tak berdaya, entah kenapa terasa bahwa Dia Yang Maha Kuasa sedang menyelipkan rasa bahagia. Saya mengenalinya melalui ketenangan itu. Setahun lalu dengan ketenangan yang sama. Tidak ada yang hilang, Dia menyimpannya dan saya harus Percaya dan Sabar. Itu saja.

Pasrah. Percaya dan Sabar. Help is on the way…

Tersentak karena tiba-tiba terlintas di benak pengalaman serupa untuk bergantung sepenuhnya padaNya, -percaya dan sabar-, ketika kehilangan arah dan kemalaman di tengah-tengah Gayasan National Park di Korea Selatan dulu… (Klik disini untuk baca ceritanya)

Bismillah.

Tetapi dasar manusia. Walaupun diupayakan tenang, kecemasan dan kepanikan mulai menghajar diri sepanjang langkah menuju lobby. Bagaimana kalau benar-benar harus ke Hanoi? Bisakah mengingat rute semalam? Bagaimana kalau nanti… Bagaimana kalau…dan banyak lagi ‘bagaimana’

Sampai di depan konter hotel, lagi-lagi saya terdiam sebentar menarik nafas sementara petugas laki-laki berwajah ramah itu tersenyum menyapa dengan standar layanan lalu menunggu.

Mmm… err…. (mulai panik)…. Hmm… I think… (bingung mau mulai dari mana dan bagaimana) I think… hmm… my passport is lost… perhaps it fell somewhere on the ancient city last night…

Dia mendengarkan seksama dan terkejut. Matanya membelalak.

“Do you mean, hmmm… err… lost? Your passport is lost?”

Saya mengangguk pasrah. Ya Tuhan… tolong saya…

Tiba-tiba petugas hotel itu diam, tampak terpikir sesuatu.

“Hold on… wait… wait… It’s lost … or we still keep it”, nada kalimatnya bertanya, mungkin ke diri sendiri.

WHAAAT??? – Tentu saja ekspresi dengan tiga tanda tanya ini hanya ada di pikiran.

Petugas hotel itu berbalik badan dan dengan cepat dia memeriksa dokumen-dokumen di balik konter dan mengambil satu folder plastik transparan. Sedetik kemudian, dia membalik dan mengangkat folder plastik tadi ke hadapannya.

Dia tak perlu membukanya karena terlihat si buku kecil berwarna hijau kebiruan di folder plastik itu!

“Yessss…that’s my passport!!!”, teriakan saya cetar membahana. Dua wajah tersenyum lebar.

20160113_071709E1

Dalam sekejap mata sekujur badan rasanya disiram air dingin. Hati yang cemas, langsung hilang. (Lagi-lagi teringat rasa yang sama setahun lalu, ketika suara di ujung telepon mengatakan bahwa dia menemukan sebuah dompet hitam di depan konternya). Rasa dingin yang mengguyur, sama rasa, tak beda.

Jadiiiii…. Selama ini mereka belum mengembalikan? Mereka menyimpannya. Mengapa tidak mengatakannya? (Lalu mengapa saya tak ingat paspor belum dikembalikan? Sedetik kemudian teringat kembali saat check-in, ada dua petugas yang melayani, -yang memberikan welcome drink dan merekomendasikan rencana tur serta yang melakukan registrasi-, berada di dua meja yang berbeda. A distraction!

Walau tak ada maaf telah memisahkan paspor dengan pemiliknya, petugas hotel itu segera menyerahkan paspor yang tentu saja diterima dengan bahagia luar biasa. Saya ciumi buku kecil itu dan ditempelkan ke dada seakan kekasih yang tak boleh lepas lagi. Sekujur tubuh tersenyum penuh rasa syukur yang tak henti. Bayangan kesulitan menghadapi polisi dan keterpaksaan terbang ke Hanoi langsung memudar dan berganti dengan gambar candi-candi kerajaan Champa di My Son. Ah, liburan kini bisa dilanjutkan lagi. Tubuh bergegas untuk sarapan yang tadinya hampir saja dilewatkan.

Sekali lagi saya diberikan kesempatan merasakan Cinta yang luar biasa, begitu lengkap, begitu dekat dan tak terbandingkan, tak terdefinisikan… I am so blessed.

24 tanggapan untuk “Uji Nyali di Pagi Hari Yang Indah

  1. Alhamdullilah, ya. Kalau saya pernah, passport memang sengaja di keep sama petugas hotel waktu chek in. Soalnya visa habis, dan dalam masa perpanjangan. Tapi saya bawa surat perpanjangan dari kantor setempat. Tapi petugas hotel masih bingung, mengira saya illegal. sampek 3x ketok pintu disuruh chek out hotel. akhirnya sumbu kesabaran hilang dan aku teriak “Call your FRRO Office, please”. Akhirnya mereka minta maaf. ada ada saja,

    Disukai oleh 1 orang

  2. Mba…. syukurlah ketemu…fyuh… sampe kerasa tegangnya… *kebayang kalau harus ke Hanoi yang jauh itu….
    … kejadian yang sama menimpaku waktu di Saigon… sepertinya resepsionis di negeri itu agak2 lupaan…hehehe

    Disukai oleh 1 orang

    1. Gak Na…. kayaknya di seluruh negeri berlaku gitu deh, id ditahan. Krn di hotel berikutnya semuanya begitu. Gara2 pengalaman ini, aku jd ngotot ga mau ditahan. Mengingatkan aku akan duluuuu di Indonesia kan kalo ke hotel ktp ditahan (Jaman kuda gigit besi kali)

      Suka

    1. Hihihi iya bener banget. Copy itu penting banget. Tp kan kalo paspor asli ilang, copy juga ga bs jd pegangan… tetep aja senewen deh. Anyway, Alhamdulillah banget paspor itu bs sy pegang lagi… terima kasih yaaa….

      Suka

Please... I'm glad to know your thoughts

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.