Menelusuri Yangon, Kota yang Semakin Berdenyut


Dari ketinggian langit Burma, melalui jendela pesawat saya memperhatikan daratan di bawah dengan detak rasa yang gemuruh karena ada jalinan keterikatan emosi dengan Burma (kalau mau tahu kenapa, baca Menapak Tilas untuk Sebuah Cinta). Berbagai rasa  membuncah antara senang, haru, antusias, tidak sabar dan lain-lain. Langsung tergambar di benak letak geografis Burma yang secara kasar berbentuk seperti ikan pari itu dan Bangladesh, India, Cina, Laos, Thailand merupakan negara-negara yang berbatasan langsung dengan Burma yang membawa berkah keberagaman tradisi di negara yang belakangan terkenal karena pamor dari  Aung San Suu Kyi itu.

Saya masih melihat keluar pesawat melalui jendela dan ada rasa terpilin dalam hati melihat kegersangan tanah ketika pesawat makin mendekat bumi untuk mendarat. Sejauh mata memandang hanyalah bumi gersang kecoklatan diantara sungai besar yang membentang. Kemana tanah subur yang menghasilkan beras yang dahulu terkenal enak itu? Ataukah karena saya datang pada musim dan waktu yang salah sehingga tidak melihat kehijauan sawah ? Bisa jadi demikian… Tapi kegersangan itu tidak cukup untuk menghilangkan antusiasme mengunjungi Burma.

Pesawat mendarat dengan mulus di landasan yang mampu didarati pesawat berbadan besar, – walaupun saat itu tidak tampak satu pun pesawat yang berukuran bongsor (jumbo) -, dan bergerak perlahan menuju terminal kedatangan. Bandara Internasional Yangon, yang merupakan ekstensi dari yang gedung lama, cukup megah untuk ukuran negara yang terkena sanksi dari banyak negara besar itu sementara gedung lamanya saat ini dimanfaatkan untuk penerbangan domestik. Saya mengerjapkan mata yang terasa pedas, menggigit bibir, menahan rasa yang bergejolak keluar. Akhirnya… akhirnya saya bisa sampai di Burma!

Seperti penumpang lain, saya turun melalui garbarata yang tersedia, memandangi bilik-bilik keberangkatan yang ada di balik kaca. Nanti saya akan berada lagi di bilik itu setelah saya mengelilingi Burma. Tapi ah, itu nanti, hati saya berteriak, sekarang fokus untuk memulai perjalanan! Kaki terus melangkah dan rombongan yang baru keluar dari perut pesawat itu langsung diarahkan menuju konter imigrasi di lantai 1. Di bagian depan dari konter imigrasi terlihat bilik Visa On Arrival, tetapi saat itu tidak terlihat tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Saya teringat informasi dari milis, tentang betapa menggodanya bilik yang kosong namun jelas terlihat tulisan Visa On Arrival. Banyak orang beranggapan bahwa VOA diberlakukan di Yangon untuk semua pengunjung. Lanjutkan membaca “Menelusuri Yangon, Kota yang Semakin Berdenyut”