What Do You Think About Kyoto Station?


Pertama kali menginjakkan kaki di Kyoto, -setelah sekitar 2,5 jam naik Shinkansen dari Yokohama-, saya benar-benar dibuat terpesona akan kemegahan stasiun di kota yang dulu pernah menjadi ibukota resmi kekaisaran Edo. Awalnya terbayang sesampainya di Kyoto saya akan melihat gedung penuh budaya tradisional Jepang, namun kenyataannya adalah gedung megah multi-level yang menggunakan struktur baja setinggi 60 meter dengan gayanya yang ultra-modern. Asli keren!

Begitu turun dari kereta peluru Shinkansen itu, saya berbaur dengan begitu banyak orang pengguna stasiun kereta yang katanya terbesar nomor 2 setelah Nagoya (Bahkan Tokyo saja kalah, padahal Tokyo Station itu rasanya besaaaarr sekali!) Bahkan tak hanya stasiun, di gedung ini juga terintegrasi hotel, restoran, toko-toko, tempat hiburan, panggung dan banyak fasilitas lain untuk memenuhi kebutuhan pengunjung.

p1030176
Inside Kyoto Station

Dan ternyata sejarah stasiun ini menarik juga. Gedung stasiun kereta pertama kali dibangun tahun 1877 menggunakan bata merah (saat itu penggunaan bata merah merupakan bahan paling modern) dan berlokasi agak ke Utara dari lokasi sekarang. Bahkan Kaisar Meiji sendiri hadir dalam pembukaan stasiun pertama itu. Hebat ya? Lalu karena semakin banyak orang yang memanfaatkan stasiun, maka stasiun kedua dibangun pada tahun 1914 bertepatan dengan upacara penobatan Kaisar Taisho. Menempati lokasi di gedung saat ini, stasiun kedua itu dibangun menggunakan kayu pohon cemara dengan gaya Renaissance yang menawan dan menjadi kebanggaan perkeretaapian nasional Jepang, sementara stasiun pertama diubah menjadi alun-alun publik. Sayangnya akibat terbakar habis di tahun 1950, stasiun Kyoto dibangun kembali secara terburu-buru dengan menggunakan beton agar fungsinya bisa berlanjut. Baru pada tahun 1990-an untuk memperingati 1200 tahun berdirinya kota Kyoto, setelah musyawarah berkepanjangan selama dua puluh tahun, diadakan kompetisi pembangunan baru dengan melibatkan tujuh arsitek kelas dunia. Akhirnya Hiroshi Hara yang memenangkan kompetisi, dengan menggunakan struktur kaca dan baja yang sangat futuristik. Disain itu mendapat kritikan keras dari masyarakat setempat karena katanya, merusak pemandangan Kyoto sebagai kota tradisional. Tapi bangunan 15 lantai itu selesai juga dalam waktu tiga tahun lebih dan dibuka pada tahun 1997. Walau hingga kini masih menuai kritik, tapi perhatikan saja, banyak wajah yang terkagum-kagum, termasuk saya, melihat kemegahan futuristik Stasiun Kyoto.

Dalam menjelajah Stasiun Kyoto, sambil menunggu jadwal kereta, saya sempat menyaksikan pertunjukan musik Hawaii-an yang mengalun, lengkap dengan ibu-ibu yang tidak muda lagi, menyanyi sambil berlenggak-lenggok. Saya benar-benar terhanyut mendengar musiknya. Selain itu , di lantai paling atas, -The Sky Garden-, kita bisa melihat seantero kota Kyoto. Tapi perlu diingat ya, arsitektur stasiun ini dibuat terbuka sehingga dari ketinggian lantai-lantai atas, kita bisa melihat langsung kesibukan di lantai-lantai bawahnya secara langsung. Bagi yang punya phobia ketinggian, be aware ya!

p1030229
Hawaiian Music… Alohaaa…
img_8229
Kyoto Station from top

Orientasi Arah di Stasiun Kyoto

Untuk mudahnya, stasiun ini bisa dimasuki dari arah Utara dan Selatan. Pintu masuk utama berada di sisi Utara, yang langsung berhadapan dengan stasiun bus dan menara Kyoto (Jadikan menara ini sebagai pegangan agar tidak mudah tersesat). Pintu Utara ini dikenal sebagai Gerbang Chuo atau sering juga disebut Sisi Karasuma (karena jauh di Utaranya terdapat stasiun Subway Karasuma, yang merupakan stasiun interchange untuk kedua jalur subway). Sedangkan sisi selatannya disebut Sisi Hachijo, sesuai nama jalan di depannya, disini terdapat hotel dan mal. Di sisi Selatan ini merupakan peron Shinkansen.

Nah jika masuk dari Pintu Utara mau ke peron Shinkansen yang ada di Selatan, naiklah ke lantai 2 bagian Barat stasiun. Disini ada jalur pejalan kaki yang membentang dari Utara hingga Selatan, melewati pertokoan Isetan, Gerbang Barat untuk Kereta JR dan akhirnya Peron Shinkansen di Selatan (sebenarnya tenggara sih 🙂 ) atau di sebelah kiri dari tempat jalan kaki.

Cara lain, dengan melalui jalur bawah tanah (basement) yang terletak di bagian Timur stasiun dan membentang dari Utara ke Selatan juga, serta menghubungkan ke pintu-pintu masuk JR Lines, Shinkansen maupun Subway. Di Bagian Utara basement terdapat pusat perbelanjaan Porta yang memungkinkan untuk muncul di Stasiun Bus atau bahkan ke Subway.

Jangan takut, semua petunjuk nomor peron terlihat jelas, baik dalam bahasa Inggeris maupun bahasa Jepang (jika bisa baca tulisan Jepang ya)

img_8227
Sky Garden Kyoto Station

Jalur Kereta JR

Bagi pemegang JR Pass untuk pergi ke daerah wisata dari Kyoto, bisanya mengakses kereta-kereta JR melalui nomor peron di bawah ini (karena gratis kan..)

  • Peron 0 untuk kereta Thunderbird Limited Express di Jalur Hokuriku menuju Kanazawa & Toyama (untuk menuju kawasan wisata Shirakawago, Alpine Route dan lain-lain).
  • Peron 4 dan 5: untuk kereta JR Kyoto Line menuju Osaka atau Himeji (terkenal kuil yang berwarna putih sebagai UNESCO World Heritage Site)
  • Peron 6 dan 7: untuk kereta Super Hakuto Limited Express di Jalur Chizukyuko menuju Tottori & Kurayoshi. Juga untuk kereta Kuroshio Limited Express di Jalur JR Kinokuni yang menuju Wakayama (yang terkenal dengan pemandangan airterjun tinggi di sisi kuil merah).
  • Peron 8, 9 dan 10: untuk kereta Jalur JR Nara menuju Inari, Uji & Nara (untuk ke kuil Fushimi Inari yang terkenal dengan ribuan tori dan ke Nara yang terkenal dengan Buddha Raksasa dan kejinakan rusa-rusanya)
  • Peron 30 yang ada di sudut barat laut Stasiun: Untuk kereta Haruka Express Limited, menuju Bandara Internasional Kansai (KIX) di Osaka
  • Peron 31, 32 dan 33 yang juga ada di sudut Barat Laut Stasiun: untuk kereta Jalur JR Sagano menuju Nijo (kastil terkenal), Saga-Arashiyama (untuk ke kawasan hutan bamboo atau kawasan turis yang terkenal keindahannya saat musim gugur atau musim semi)

Shinkansen

Seperti yang sudah saya tulis di atas, peron Shinkansen terletak di sisi Selatan atau persisnya di sisi tenggara Stasiun Kyoto, yang melayani jalur kereta Tokaido Shinkansen antara Tokyo dan Shin-Osaka.

  • Peron 11 dan 12: untuk naik kereta Shinkansen menuju Tokyo atau Nagoya.
  • Peron 13 dan 14: untuk naik kereta Shinkansen menuju Osaka (Stasiun Shinkansen Osaka berada di Shin-Osaka, bukan di Osaka Stasiun ya) dan Fukuoka/Hakata (termasuk ke Okayama, yang terkenal kastilnya atau Hiroshima, kawasan memorial bom atom)
img_8230
From the top corner of Kyoto Station

Kereta Bawah Tanah Kyoto

Jalur Subway Kyoto hanya ada 2, Jalur Karasuma yang membentang dari utara ke selatan melalui pusat kota Kyoto. Jalur ini digunakan untuk pergi dari Stasiun Kyoto ke Kokusaikaikan di Utara atau ke Takeda di Selatan, dan bisa transfer di Karasuma Oike (kearah Utara) untuk mengganti ke subway lain yaitu Jalur Tozai yang membentang dari timur ke barat melalui pusat kota.

Pintu masuk ke Stasiun Subway tersebar di seluruh gedung Stasiun Kyoto, namun yang paling mudah berada di bagian Timur gedung. Atau jika sedang berada di luar Stasiun Kyoto atau di area Stasiun Bus yang berada di bagian Utara, banyak petunjuk arah menuju pusat perbelanjaan bawah tanah Porta, tempat yang memilikii akses langsung ke Stasiun Subway Kyoto.

*

Nah bagi saya, berada di Stasiun Kyoto sudah merupakan kenikmatan tersendiri. Saat menunggu jadwal kereta berikutnya atau ketika ingin sedikit bersantai tanpa mengeluarkan biaya apa-apa, berada di Stasiun Kyoto sudah merupakan kesenangan tersendiri. Apalagi jika lapar, banyak sekali restoran disini, tinggal dipilih….

****

Pos ini sebagai tanggapan atas challenge yang kami, Celina dan saya, ciptakan sebagai pengganti Weekly Photo Challenge dari WordPress, yang untuk tahun 2019 minggu ke-3 ini bertemakan Stasiun, agar kami berdua terpacu untuk memposting artikel di blog masing-masing setiap minggu. Jika ada sahabat pembaca mau ikutan tantangan ini, kami berdua akan senang sekali…

Warna-Warni Rute Subway di Tokyo


Sejak pertama kali menjejak Tokyo bertahun-tahun lalu, selain menggunakan kereta komuter JR Yamamote line yang ada di atas tanah, saya selalu menggunakan kereta bawah tanah (Subway), -yang jaringannya sudah mirip Spaghetti-, untuk mencapai destinasi yang saya inginkan, tentunya dengan bantuan aplikasi juga seperti hyperdia(dot)com dan Tokyo Metro(dot)com juga. Saya ingat, pertama kali memandang peta subway Tokyo ini, saya ngakak abis, sambil geleng-geleng kepala, pasrah menghadapi ruwetnya…

Tetapi saya yakin tak sendirian karena, jangankan turis yang baru pertama kali, orang lokal saja kadang terdiam mengamati papan rute kok. Untungnya (iya, selalu ada untungnya kan?), jalur itu dibuat warna-warni. Selain memudahkan untuk menelusurinya, bagi saya peta itu terlihat indah dengan warna-warni rutenya. Satu jalur satu warna, coba bayangkan bila rute itu hanya dibuat hitam putih! :p

tokyo metro

Terima kasih Wikipedia karena katanya, salah satu jalur subway di Tokyo yaitu Jalur Ginza antara Ueno dan Asakusa sepanjang 2,2 km itu, merupakan jalur subway pertama di Jepang yang dioperasikan untuk publik di tahun 1927. (Duh, Indonesia ketinggalan banget ya, hampir 100 tahun bedanya dengan Jepang, padahal di dunia subway pertama kali berfungsi tahun 1863 di London!).

Sekarang ini, di Tokyo tersedia 13 jalur subway yang terdiri dari 9 jalur yang dikelola oleh Tokyo Metro dan 4 jalur yang dikelola oleh Toei Subway, yang melintasi lorong-lorong bawah tanah Tokyo yang bertingkat-tingkat kedalamannya. Setiap stasiun pasti ada lift untuk mereka yang mendapatkan prioritas seperti para lanjut usia dan anak-anak. Maaf ya, saya kadang mencuri kesempatan naik lift itu karena kaki sudah mau putus rasanya…

Seperti yang dilihat pada gambar di atas itu, jalur-jalur subway di Tokyo mencakup:

Jalur Subway Yang Dikelola oleh Tokyo Metro

  1. Jalur Ginza, yang berwarna oranye, mencakup 19 stasiun dari Stasiun Shibuya hingga Stasiun Asakusa, melewati stasiun-stasiun besar seperti Akasaka, Shimbashi, Ginza, Ueno untuk mencapai tempat-tempat turis yang terkenal dan 16 stasiun diantaranya merupakan stasiun transfer dengan jalur lain. Di Shibuya sendiri, sebagai awalan jalur Ginza dan juga dilewati oleh jalur Yamamote, terkenal dengan Patung anjing setia Hachiko dan Persimpangan Pejalan Kaki (Shibuya Crossing), selain menjadi surga bagi yang suka belanja. Saya termasuk pengguna setia jalur ini karena saya biasanya menginap di daerah Asakusa atau Ueno.
  2. Jalur Marunouchi, yang berwarna merah, mencakup 25 stasiun, dari Ogikubo yang ada di Barat Tokyo hingga Ikebukuro, melewati daerah bisnis Marunouchi yang berada di kawasan Stasiun Tokyo. Uniknya, Jalur Marunouchi ini bercabang, sehingga ada sebagian kereta yang melewati 4 stasiun yang berbeda tapi parallel, di wilayah Suginami dan wilayah Nakano. Rasanya, jalur Marunouchi ini satu-satunya jalur subway yang bisa transfer di Stasiun Tokyo (bukan dengan stasiun lain yang terintegrasi dengan Stasiun Tokyo ya), dengan kereta Shinkansen dan kereta-kereta komuter yang berfungsi di atas permukaan tanah.
  3. Jalur Hibiya, yang berwarna perak abu-abu, mencakup 21 stasiun, dari Naka-Meguro di Barat Daya Tokyo hingga Kita-senju. Bahkan dari stasiun terakhir ini, bisa transfer dengan kereta Tobu-Skytree yang menuju Sky-tree. Jalur Hibiya ini juga melewati daerah Ebisu, Roppongi (dekat Tokyo Tower), Tsukiji (untuk mencapai Tsukiji Fish Market), Ueno (untuk transfer dengan Shinkansen yang ke Utara Jepang).
  4. Jalur Tozai, yang berwarna biru langit, mencakup 23 stasiun dari Nakano hingga Nishi Funabashi. Kereta jalur Tozai ini termasuk kereta cepat (Rapid) karena tidak berhenti di beberapa stasiun setelah Toyocho.
  5. Jalur Chiyoda, yang berwarna hijau, mencakup 20 stasiun dari Yoyogi-uehara hingga Ayase atau Kita-ayase untuk jalur cabangnya dari Ayase. Jalur ini digunakan untuk mencapai Mesjid Tokyo yang terletak tak jauh dari Yoyogi-uehara. Jalur ini juga bisa digunakan untuk menuju Taman Yoyogi (turun di Yoyogi-koen)
  6. Jalur Yurakucho, yang berwarna kuning keemasan, mencakup 24 stasiun dari Wakoshi di wilayah Saitama hingga Stasiun Shin-Kiba di sebelah Timur Tokyo. Lucunya, 9 stasiun pertama dari Wakoshi hingga Ikebukuro, jalur Yurakucho ini berbagi stasiun yang sama dengan jalur Fukutoshin. Akhir dari jalur Yurakucho adalah Shin-Kiba yang merupakan 1 stasiun sebelum Stasiun Maihama yang merupakan stasiun transit menuju Disneyland
  7. Jalur Hanzomon, yang berwarna ungu, mencakup 14 stasiun dari Stasiun Shibuya hingga Stasiun Oshiage, yang keseluruhan stasiunnya merupakan stasiun transit dengan jalur lain, kecuali Hanzomon yang merupakan stasiun untuk menuju Gerbang Barat Imperial Palace yang terkenal sebagai tempat turis di Tokyo. Selain itu, stasiun akhir Oshiage merupakan stasiun terdekat untuk mencapai Skytree.
  8. Jalur Namboku, yang berwarna hijau biru toska, mencakup 19 stasiun dari Meguro di wilayah Shinagawa hingga Stasiun Akabane-iwabuch di wilayah Kita. Sebagai warga Indonesia, jika ingin ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo, turunlah di Stasiun Meguro, dan berjalan kaki sekitar 10 menit. Dari tempat ini juga bisa menuju Mesjid Indonesia SRIT di Tokyo, dengan berjalan kaki sekitar 15 menit (walaupun saya sendiri belum pernah kesana ya)
  9. Jalur Fukutoshin, yang berwarna coklat, mencakup 16 stasiun dari Wakoshi hingga Shibuya, melewati stasiun-stasiun penting untuk mencapai destinasi turis, seperti Ikebukuro, Shinjuku, Harajuku. Serunya, stasiun ini merupakan stasiun terdalam hingga 27 meter ke bawah tanah, bahkan di Higashi Shinjuku mencapai 35meter, kata Wikipedia lho…

Jalur Subway Yang Dikelola oleh Toei Subway,

  1. Jalur Asakusa, yang berwarna pink atau merah jambu, mencakup 20 stasiun dari Nishi Magome di wilayah Ota hingga ke Oshiage di Sumida. Bagi yang menginap di daerah Asakusa atau yang mau ke Sensoji Temple, jalur Asakusa ini pastilah sering digunakan selain Jalur Ginza. Jalur Asakusa ini melewati Daimon yang merupakan stasiun interchange dengan Hamamatsucho, yaitu stasiun yang menghubungkan kereta monorail dari Haneda. Jalur Asakusa ini juga sering saya gunakan.
  2. Jalur Mita, yang berwarna biru, mencakup 27 stasiun dari Meguro di wilayah Shinagawa hingga Nishi-takashimadaira di wilayah Itabashi, merupakan salah satu jalur subway yang paling banyak memiliki stasiun pemberhentian.
  3. Jalur Shinjuku, yang berwarna hijau daun atau hijau muda, mencakup 21 stasiun yang berawal dari Stasiun Shinjuku yang sangat luas itu hingga Stasiun Motoyawata di wilayah Chiba.
  4. Jalur Oedo, yang berwarna ruby atau magenta mencakup 38 stasiun dari Tochomae (aneh ya mulai dari stasiun nomor E28), kemudian Shinjuku Nishiguchi, E01 lalu berputar melalui Lidabashi, Ueno Okachimachi, Tsukijishijo, Shiodome, Daimon, Roppongi, kembali ke Shinjuku lalu tadaaa… kembali ke Tochomae (E28) dan lanjut hingga Hikarigaoka. Stasiun ini merupakan salah satu yang terdalam, sekitar 48 meter di bawah permukaan tanah (source: Wikipedia) termasuk saat melintasi di bawah Sungai Sumida.

JR Pass dan Subway di Tokyo

Banyak orang mengira dengan memiliki JR Pass yang mahal itu maka semua moda transportasi di Jepang seluruhnya sudah tercakup didalamnya, padahal samasekali salah. JR Pass akan sangat efektif bila dipakai untuk transportasi antar kota dengan kereta JR, namun rugi jika hanya dipakai di satu kota. Di Tokyo sendiri, memegang JR Pass berarti hanya bisa naik kereta JR (Yamamote dan Chuo-Sobu). Jalur Yamamote yang memutar Tokyo memang melewati hampir semua tempat-tempat turis. HAMPIR lho… -kecuali mau jalan kaki-, karena masih banyak tempat yang bagus yang lumayan jauh (buat saya) kalau jalan kaki. Jadi mending naik subway! Dan yang  pasti adalah: JR Pass tidak berlaku untuk naik Subway.

Jadi apabila JR Pass masih berlaku dan ingin keliling Tokyo, maka kita harus pandai-pandai mengatur tujuan. Jika tujuannya jauh dari stasiun JR Yamamote (bisa naik Yamamote gratis dengan menunjukkan JR Pass), maka sebaiknya membeli tiket subway. Kalau saya, karena malas berpikir, saya beli saja Subway passes, yang 1 atau 2 atau 3 hari (dengan harga masing-masing 800/1200/1500Yen) selama hari itu akan keluyuran di Tokyo sampai kaki pegal-pegal mau copot!

Jika dibandingkan, antara membeli tiket kereta satu per satu sesuai jarak stasiun yang makin jauh makin mahal, saya memilih tiket harian itu. Karena tiket harian bisa digunakan sampai 24/48/72 jam setelah efektif penggunaan kereta pertama kali. Jika jarak terdekat sudah dihargai 170Yen, rasanya tak mengapa saya membeli Subway Pass. Lagipula, dengan kebiasaan saya yang suka tersesat, rasanya tak perlu menyesal kalau salah arah karena tinggal balik lagi kan? Selain itu, tidak perlu lagi pencet-pencet di mesin tiket, apalagi jika mesin penuh maka harus antri, dan itu artinya buang waktu.

Jika menggunakan PASMO/Suica Card (serupa kartu e-money) untuk naik subway, ya hitung saja secara seksama. Dengan menggunakan kartu-kartu itu, tetap saja harga berkisar tak jauh dari 170Yen hanya kita mendapat diskon. Kalau 10 kali sudah 1700 Yen kan? Padahal dengan harga yang sama, saya bisa mendapat kartu pass subway untuk 3 hari dan masih sisa 200 Yen.

Belinya dimana? Ya di semua stasiun subway melalui vending machine. Jangan takut ada bahasa Inggeris kok di setiap mesin itu.

Oh ya, seluruh operasional kereta di Jepang tidak berfungsi 24 jam lho…, ada sih yang sudah beroperasi dini hari, tetapi biasanya sekitar tengah malam sudah berhenti beroperasi. Jadi jangan ketinggalan kereta ya, gak ada kereta lagi yang akan lewat… 😀

<><><>

Pos ini sebagai tanggapan atas challenge yang kami, Celina dan saya, ciptakan sebagai pengganti Weekly Photo Challenge dari WordPress, yang untuk tahun 2019 minggu 1 bertemakan Colourful Everywhere, agar kami berdua terpacu untuk memposting artikel di blog masing-masing setiap minggu. Jika ada sahabat pembaca mau ikutan tantangan ini, kami berdua akan senang sekali…