Jumat pagi kemarin, setelah melakukan ritual harian melempar senyum lebar dan melambaikan tangan pada anak-anak yang berangkat sekolah sambil mendoakan keberhasilan mereka, diri ini tergerak untuk melakukan sesuatu yang kelihatannya mudah dilakukan, tetapi tidak semudah yang dibayangkan.
Di ruang makan, tangan ini mengambil secangkir teh hangat yang tersedia di meja makan dan membawanya ke teras belakang. Saya duduk diam di sana sambil melihat butiran gerimis yang jatuh di taman belakang dengan sesekali menyesap teh hangat beraroma mint itu. Butiran hujan itu laksana berlian berpendar yang jatuh di antara lembutnya sinar matahari yang tampak malu-malu. Gemericik air mancur kolam ditambah gerimis pagi juga menjadikan suasana yang luar biasa. Hmmm… Seakan-akan waktu bergeming, hanya untuk menjadi milik saya. Inilah sebuah kemewahan pagi. Saya biarkan kemewahan luar biasa ini menyelimuti diri dan lagi-lagi penuh rasa syukur saya berketetapan untuk memperkuat kemampuan menerima cinta pada hari itu dengan senyum tersungging di bibir.
Menerima,