Waktu begitu cepat berlalu, rasanya baru kemarin kami sekeluarga merayakan tahun baru di Hong Kong, padahal peristiwa itu terjadi lima tahun yang lalu! Dan saat itu merupakan kali terakhir kami ke Hong Kong. Padahal sebelumnya, Hong Kong selalu menduduki peringkat atas dalam hal destinasi liburan keluarga kami, terutama bagi saya yang sering menggunakan hak veto π
Mungkin karena ada alasan romantisme tersendiri dengan Hong Kong. Karena kota ini begitu sering disebut dalam pembicaraan Papa Mama semasa kecil saya. Ke kota inilah mereka berdua menghabiskan waktu berbulan-bulan meski harus menitipkan kakak dan saya di Balikpapan di Opa Oma (dalam kehidupan keluarga yang ditinggal berlayar berbulan-bulan, bagi Mama, -sebagai isteri-, adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bisa ikut dalam sebuah pelayaran panjang ke Hong Kong). Selain itu, pembicaraan tentang Kowloon, tentang airport Kaitak (bandara lama sebelum bandara Bandara Chek Lap Kok) yang seperti ‘mau nyemplung’ ke laut kalau mendarat, kapal-kapal ferry dan pelabuhan yang sibuk, senantiasa mewarnai pembicaraan tentang Hong Kong. Mungkin tanpa sadar kisah-kisah yang diceritakan berulang-ulang itu seperti menyerap ke alam bawah sadar saya tentang kehebohan Hong Kong. Hingga saya berucap dalam hati, one day saya akan pergi ke Hong Kong!
Juga kisah sahabat saya yang lebih dahulu berwisata ke Hong Kong dan menyarankan saya untuk bisa ke kota metropolitan yang termasuk wilayah administrasi khusus China itu. Katanya, saya pasti suka! Tanpa perlu visa, di luar Asia Tenggara, modern, dan cukup mudah orientasinya karena banyak petunjuk bahasa Inggris.
Dan benarlah, akhirnya saya menaikkan prioritas untuk bisa pergi ke Hong Kong. Bahkan untuk trip pertama kali saya melakukannya secara backpacking dengan memboyong kedua putri saya tanpa sang suami. Nekad memang, tetapi penuh keseruan. Tujuan utamanya hanya satu: ke Disneyland!Β
Gilanya, karena begitu senang bisa berlibur bertiga, ada hal yang teramat penting yang saya anggap enteng. Saya gagal booking hotel untuk hari pertama dan tanpa sadar saya melangkah terus melewati konter pemesanan hotel di bandara yang letaknya sebelum pintu keluar dan nyelonong keluar tanpa rasa bersalah!
Apapun alasannya, ketika sudah berada di area publik dari terminal kedatangan, saya langsung sadar dan panik. Celaka dua belas! Saya tak bisa masuk lagi ke dalam, padahal deretan konter hotel itu ada di dalam. Akhirnya, saya nekad menemui petugas di pintu keluar tadi dan memohon ijin untuk masuk lagi untuk memesan hotel di konter dekat dengan pintu keluar. Awalnya petugas itu dengan keras menolak, namun saya kekeuh memohon sambil menunjukkan muka memelas, menunjuk hari sudah malam dan mengatakan ada anak-anak. Meskipun mukanya bersungut-sungut, akhirnya dengan sedikit kesal ia membiarkan saya masuk lagi. Sejak itu saya kapok! Saya pasti sudah selesai booking tempat penginapan untuk hari pertama.
Meskipun demikian, saya tetap menyukai kota ini dan salah satu yang saya suka di Hong Kong adalah transportasi umumnya. Bisa dibilang hampir semua tempat wisata bisa dijangkau dengan transportasi umum, baik kereta, tram, taksi, ferry atau bus. Dan tentu saja pembayarannya mudah sekali dengan menggunakan kartu Octopus. Begitu sering kami ke Hong Kong dalam periode yang tidak terlalu lama (duluuu lho), masing-masing dari kami punya kartu Octopus.
Saat kami ke Disneyland, kami menggunakan kereta, meskipun harus mengatur jadwal agar bisa sampai lebih awal dan pulangnya tidak tertinggal kereta terakhir karena kami tak mau melewatkan pertunjukan kembang api di Disneyland yang amat indah. Dan rasanya seperti Disneyland dimana-mana, keretanya selalu lucu. Di Hong Kong keretanya berjendela Mickey Mouse. Cute kan?
Berkunjung ke Hong Kong belum bermakna bila belum mencoba langsung Star-ferry legendarisnya yang menghubungkan tempat-tempat di sekitar Victoria Harbour dan Kowloon. Bukan masalah cepatnya karena sekarang sudah bisa menggunakan MTR atau mobil melalui terowongan bawah laut, melainkan merasakan segarnya aroma dan angin laut Hong Kong dan utamanya merasakan transportasi berusia seabad lebih itu.
Selain Star-ferry, Hong Kong juga punya tram legendaris yang bolak-balik di kawasan Central hingga Causeway Bay. Melihatnya saja menarik, apalagi jika mengetahui nama favoritnya yaitu Ding-Ding π Murah, meriah dan lucu… Saya jadi teringat di pelajaran sejarah bahwa Jakarta dulu juga memiliki tram. Bisa dihidupkan lagi gak ya???
Belajar dari kesalahan pertama yang menggunakan taksi dari bandara ke hotel, akhirnya saya begitu jatuh hati dengan kereta bandara Hong Kong yang cepat dan mewah. Dari bandara Hong Kong yang keren itu, saya bisa langsung turun di Kowloon atau di Hong Kong Station. Jadi hemat waktu. Selain itu, pemandangannya indah! Meskipun setelah turun di stasiun Hong Kong, yaa… pernah juga tersesat di dalamnya π (stasiun ini merupakan salah satu yang terbesar di Hong Kong karena terintegrasi dengan stasiun Central).
Pernah sekali waktu saya pergi bersama anak bungsu secara backpacking dan mencoba cross-border ke Shenzhen karena tujuan kami ke Window Of the World. Kami berangkat dari hotel lalu menaiki MTR ke Stasiun Tsim Sha Tsui lalu jalan kaki lagi ke Stasiun East Tsim Sha Tsui. Dari sana kami naik kereta menuju Hung Hom dan berganti kereta untuk menuju Lo Wu. Sampai terkantuk-kantuk kami berdua menyaksikan penumpang yang awalnya sedikit lalu menjadi banyak hingga kembali sedikit selama perjalanan dari Hung Hom sampai Lo Wu yang lamaaaaa sekali. Tidak heran, namanya saja perjalanan kereta dari stasiun awal hingga stasiun akhir. Namun perjalanan panjang itu berbuah manis karena kami bisa menikmati Window of The World di Shenzhen, meskipun kaki terasa pegal…
By the way, siapa yang pernah ke Hong Kong dan merasa pegal karena jalan kaki? Bagi saya dan anak-anak, jalan kaki di Hong Kong merupakan salah satu jalan kaki yang ‘bikin kaki rasanya mau potek‘ π apalagi jika ditambah momen tersesat, momen belanja, momen mau ngirit dan seterusnya… π π π
Bicara soal tram, rasanya tidak lengkap jika tidak mencoba tram yang mengangkut pengunjung ke The Peak, tempat populer untuk melihat keindahan panorama Hong Kong di waktu malam. Tapi untuk sampai ke The Peak, pengalaman naik tram itu sendiri lebih menegangkan dan seru. Dengan naik hingga hampir 400 meter ketinggiannya, kemiringan yang terjadi luar biasa curam, begitu menyeramkan karena rasanya kuatir tram ‘tidak kuat’ lalu menggelinding jatuh! Benar-benar tak terlupakan!
Lucunya pada kesempatan berbeda ketika saya berdua suami ke Hong Kong hendak ke The Peak, mendadak saya memperlambat langkah menuju stasiun The Peak Lower Terminus itu. Ada kerumunan cukup banyak orang di sekitarnya dan beberapa petugas bersiaga. Saya agak cemas dengan situasinya sehingga saya berdiri agak jauh di seberangnya sambil mengamati situasi. Tiba-tiba saya tersadarkan ketika menyadari bahwa kerumunan itu adalah buruh migran yang sedang menyampaikan unjuk rasa mengenai kenaikan BBM mengingat saat itu Bapak Presiden SBY sedang berada di Hong Kong. Jauh-jauh ke Hong Kong, eh masih ketemu unjuk rasa warga sebangsa di negeri orang…
Hong Kong masih menyisakan cerita mengesankan ketika saya dan anak-anak menaiki kereta gantung Ngong Ping 360Β menuju Patung Buddha Tian Tan di Lantau Island. Pemandangan lepas ke arah laut dari ketinggian itu teramat cantik meskipun bagi anak bungsu saya hal itu sangat menyebalkan. Ia memunggungi arah laut sambil sedikit mengancam jika kakaknya atau saya bergerak-gerak atau berpindah tempat duduk. Saya tersenyum lebar memahaminya lalu merangkulnya untuk menenteramkan. Sebagai anak yang terus mencoba untuk berani menghadapi phobia ketinggiannya, dia telah begitu hebat untuk bisa sampai di level sekarang, bisa naik di kereta gantung yang amat tinggi ini.Β Di tengah perjalanan kereta yang berayun-ayun itu, meskipun tahu jawaban akan ditolak saya, dia santai menchallenge mamanya, “pulangnya bisa gak sih kalau gak pake cable car ini?” π π π
Hong Kong tetap menjadi tempat yang menyenangkan pada saat itu, berjalan bergandengan tangan di Avenue of the Stars sambil menikmati laut atau memajang senyum lebar melihat antrian para warga +62 saat SALE produk-produk branded yang dijual di sekitaran Tsim Sha Tsui, mengunjungi museum-museum yang banyak tersebar atau mencoba panjangnya The Escalator yang terkenal itu yang menghubungkan Central dan wilayah Barat.Β Atau ke Hong Kong Sky100, yaitu naik ke lantai 100 dari gedung International Commerce Centre dan melihat panorama 360 derajat Hong Kong dari ketinggian gedung. Dan tidak boleh dilupakan melihat patung-patung orang terkenal di Museum Madame Tusaud.

Dan saya begitu trenyuh melihat mereka para buruh migran yang menikmati akhir pekannya dengan bercengkrama bersama teman-temannya di Victoria Park atau taman-taman sekitarnya. Melihat perjuangan mereka, -sang pahlawan devisa-, yang berbulan-bulan jauh dari keluarga, bahkan mungkin menjadi tulang punggung bagi keluarganya, mereka tidak jarang malah dipandang sebelah mata oleh sebagian bangsanya sendiri.
Di Hong Kong juga, hanya berdua dengan suami, saya menikmati honey-moon yang kesekian kalinya, di tengah udara sejuk Hong Kong. Tapi ‘pacaran’-nya pun tetap meluangkan waktu melihat sibuknya kegiatan bisnis di sana, menyaksikan para investor saham di bursa Hang Seng yang terkenal, mencari BullΒ sculptureΒ yang maunya sedang bullish yang biasanya berada di antara skyscrappers finansial dan investasi dengan berbagai brand dunia.
Hong Kong itu selalu meninggalkan kesan yang menyenangkan bagi kami sekeluarga. Terakhir kami ke Hong Kong sengaja menggabungkan diri dalam lautan manusia yang merayakan malam tahun baru, ikut bersama-sama berteriak untuk count-down lalu menikmati sajian kembang api yang berlangsung lama. Teramat cantik menghias langit Hong Kong.
Saat merayakan tahun baru itu, percaya tidak, bahwa pada hari sebelumnya dunia saya terbolak-balik karena kehilangan dompet berisi uang dan kartu kredit, yang disadari ketika berada di Macau. Kemudian bagai kesetanan saya tracking back, menelepon semua orang di tempat-tempat yang saya datangi, memohon-mohon dan menggantung harapan pada orang terakhir yang bisa saya hubungi. Kisah serunya bisa dibaca di tautan berikut ini:Β Dompetku Hilang di Luar Negeriβ¦!!!
Apapun yang belakangan mewarnai Hong Kong, yang sebelumnya penuh dengan unjuk rasa yang sepertinya tidak pernah berhenti, rasanya saya tetap menyukai kota Hong Kong dengan segala dinamikanya. Walaupun saya merasakan keramahannya menjadi sedikit berkurang, hanya sedikit saja…
Semoga Hong Kong senantiasa baik-baik saja…
Pos ini ditulis sebagai tanggapan atas tantangan mingguan dariΒ Celina,Β Sreiβs Notes,Β A Rhyme In My HeartΒ danΒ Cerita Riyanti tahun 2020 minggu ke-32 bertema City agar bisa menulis artikel di blog masing-masing Β setiap minggu.
Hong Kong sudah seperti jadi rumah kedua buat saya mbak. Dari pertama kali ke sana mengunjungi tempat-tempat yang paling touristy, sampai kunjungan terakhir Desember kemarin yang sudah agak mulai kehabisan ide mau ke mana lagi, tapi saya gak pernah bosen sama Hong Kong sih. Satu hal yang saya gak pernah lewatkan kalau ke sana: hiking. Soalnya gampang banget dari kota ke lokasi-lokasi hiking. Terus jalan kaki, nanjak-nanjak beberapa jam, tau-tau sampai di puncak dan dapet pemandangan pulau-pulau kecil yang ada di sekitaran Hong Kong.
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya yaa… konturnya memang berbukit-bukit ya jadi sbentar aja sudah pasti dapat tanjakan π kapan ke HK lagi mas Bama?
SukaDisukai oleh 1 orang
Seharusnya Desember ini sih. Tapi karena pandemi ya jadinya harus diundur. Tahun ini saya masih bingung bisa traveling ke mana. Jadi irit banget siiiih, cuma ya gatel aja pengen eksplor tempat-tempat baru. π
SukaDisukai oleh 1 orang
Waktu kecil dulu saya suka nonton film-film Jackie Chan. Pasti bakal menyenangkan sekali kalau suatu saat bisa mampir ke Hong Kong dan jalan kaki di lorong-lorongnya sambil nostalgia mengingat film silat Jackie Chan. π
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah pasti seru banget itu. Asal jangan jadi silat beneran disana hihihi…
SukaSuka
Setelah membaca blog ini jadi bener-bener pengin ke Hong Kong, apalagi ke Disney Landnya hehehe. Hong Kong sudah masuk list tapi karena demo yang sedang bergejolak di sana dan tahun ini corona, yahh lagi-lagi diundur mimpi itu.
SukaDisukai oleh 1 orang
Gak papa… Hong Kong masih ada disitu dan gak pindah kok hehe… tahun depan mungkin jika situasi sudah membaik.
SukaSuka