Sepenggal Jalan Tanpa Warna



Tokyo, satu hari sebelum Natal 2018

Sebenarnya hari itu adalah ulang tahun saya, tetapi bagi saya hari itu masih tanpa warna meskipun tepat pk. 00.00 malam suami dan anak-anak telah memberi surprise berupa kue ulang tahun di tempat tidur. Saya tahu usaha mereka untuk membuat saya kembali ceria dan saya pun berupaya untuk tegar, meski rasanya sangat tidak mudah mengabaikan rasa bahwa saya masih berduka.

Tiga hari sebelumnya, Papa dipanggil pulang oleh Yang Maha Kuasa setelah bertahun-tahun hanya mampu berbaring karena stroke yang dideritanya. Dan karena kakak dan adik seluruhnya ada di Jakarta, dengan persetujuan Mama, kami mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhir pada hari yang sama meskipun gelap malam telah menyelimuti. Hari itu semua urusan selesai dengan doa-doa tak putus bagi yang pergi maupun untuk yang ditinggalkan agar ikhlas dan tabah menjalani hari.

Namun bagi saya, itulah hari ketika saya kehilangan warna-warni.

Satu hari setelahnya, saya sekeluarga meninggalkan Jakarta menuju Jepang, meninggalkan keluarga besar dan kerabat yang meriung di rumah Mama merapal ayat-ayat suci dan doa-doa. Sebenarnya rencana pergi ke Jepang sudah hancur berantakan saat mendengar Papa berpulang, tapi di atas pusara malam itu semuanya berubah. Di antara duka yang menyelimuti tergambar di benak kebahagiaan Papa bila saya berangkat ke Jepang mewujudkan impiannya.

Saya seperti ditarik kedua arah yang berlawanan; tinggal bersama mereka berbagi airmata duka dan di sisi lain pergi meninggalkan sekumpulan duka. Padahal Jepang awalnya adalah liburan namun juga menjadi tempat kenangan Papa. Entah kenapa situasi seperti itu, -yang saling berlawanan kutub-, sudah terlalu sering hadir secara bersama-sama dalam keseharian kehidupan saya.

Dan hari itu, tepat hari ulang tahun saya, hati saya masih sama, tanpa warna. 


 

Shinkansen Joetsu dengan kereta bernama Tanigawa itu akhirnya berhenti di Stasiun Gala Yuzawa, setelah sekitar 75 menit meninggalkan Tokyo. Kedatangan kami di stasiun itu disambut dengan serangan udara dingin dan hujan salju tipis! Brrrrr….

Meskipun ingin cepat bermain salju tapi sebagai perempuan tetap saja penampilan dipertimbangkan baik-baik. Alhasil perlu waktu cukup lama untuk urusan sewa menyewa sepatu boot, sarung tangan dan peralatan bermain salju. Rasanya sibuk sekali untuk urusan receh seperti ini. Pantas atau tidak, apakah kebesaran atau kekecilan, apakah ini atau itu… belum lagi ditambah, cantik gak ya nanti… bla-bla-bla… *suami nungguin para perempuan dandan, di pojokan  😃

Tak lama sampailah kami pada awal dari sepenggal jalan tanpa warna itu. Kami berempat harus naik kereta gantung, -disebut Gondola di Gala Yuzawa-, untuk sampai pada tempat bermain salju itu. Antrian naik Gondola tidak panjang dan tak lama kami berempat telah duduk dengan hati berdegup kencang jelang berangkat.

Empat manusia tropis dalam Gondola itu tak berucap satu patah kata pun pada detik pertama kereta gantung meninggalkan stasiun. Yang pasti semuanya, termasuk saya, terpesona menyaksikan alam tertutup salju. Putih semua, hanya menyisakan sedikit warna gelap yang tak dapat dijangkau salju. Titik-titik air yang menempel di kaca Gondola tidak menjadi halangan untuk mengagumi keindahan pemandangan alam.

Saya tersadarkan dan merasa ditegur untuk melihat dan mensyukuri apa yang telah diberikan. Yang Maha Kuasa menghamparkan kado ulang tahun terindah buat saya, pemandangan alam yang sangat cantik, yang luarbiasanya, ternyata senada dan selaras dengan sendu hati saya yang sedang kehilangan Papa tercinta.

DSC06817
The trip to Gala Yuzawa
DSC06822
Raindrop on the window

Kereta gantung atau Gondola membawa kami semakin tinggi, bergulir di kabel yang terentang di antara tiang-tiang yang berdiri dalam diam. Begitu banyak pohon dengan ranting-rantingnya yang terlihat berat oleh salju yang bertumpuk-tumpuk. Melihat pemandangan sekitar, seakan-akan alam pun menyesuaikan dengan perasaan saya yang sesungguhnya. Tanpa warna, kelabu. Putih hitam dengan seluruh nuansa kelabu diantaranya.

Meskipun tak bisa menghilangkan denyut duka dalam hati, saya tetap terpesona dan mengucap syukur atas kado ulang tahun berupa keindahan alam yang terhampar di depan mata. Alam Semesta yang begitu indah, meski tanpa warna. Keindahan yang berbeda, yang tak biasa, seperti dunia mimpi, dunia dongeng yang magis dengan peri-peri yang bersembunyi di balik pohon-pohonnya.

Seakan menjelaskan dalam situasi nuansa hitam putih pun, selalu ada keindahan. Di balik duka itu ada bahagia dalam wajah yang sama.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Sepenggal jalan tanpa warna itu hanya berlangsung kurang dari 10 menit, terasa begitu cepat. Pemandangan alam penuh salju, bukan merupakan pemandangan biasa bagi orang-orang tropis seperti kami. Sejauh mata memandang, semua tertutup salju. Belum tentu setahun sekali kami bisa melihatnya dan merasakannya.

Sesampainya di tempat bermain ski, begitu turun dari Gondola, anak-anak langsung menghambur keluar. Ingin langsung merasakan salju di sepatu bootnya, di tangannya, di wajahnya. Rupanya kado ulang tahun saya belum selesai, alam masih menambahkan berupa hujan salju tipis. Membuat mereka semua tertawa bahagia sambil foto-foto untuk Instagramnya. Butir-butir salju jatuh di beanie berjambul dan jaket musim dingin yang mereka kenakan. Saya tahu meskipun airmata di dalam hati belumlah kering, namun Allah Yang Maha Baik selalu bisa menggembirakan dan membahagiakan saya, apalagi pada hari spesial.

Tidak hanya kami, di sana orang-orang dewasa pun tanpa malu-malu melupakan ‘jaim’-nya mereka dengan bermain dan melempar salju, meluncur dari atas bukit dengan luncuran plastik yang kekecilan untuk ukuran tubuhnya dan membiarkan tubuh mereka terlonjak oleh gundukan salju dalam tawa yang tak habis-habis. Di sana, duka bersembunyi, yang ada dimana-mana hanyalah gembira dan tawa. Juga saya yang sedang belajar tertawa bersama mereka semua.

Seperti juga semasa kecil, saat bermain adalah saat-saat paling menyenangkan. Bermain, makan lalu bermain lagi, adalah yang terjadi pada kami semua di Gala Yuzawa. Kami semua tak ingin kesempatan bermain salju cepat berlalu. Apalagi saat winter, hari sangat pendek, matahari terbitnya terlambat namun matahari juga cepat tenggelam, jam 5 sudah gelap. Dan waktu jugalah yang akhirnya menyadarkan kami semua, setiap awalan memiliki akhir.

Dan kami harus menempuh lagi jalan itu, sepenggal jalan tanpa warna. Kali ini menurun menuju lembah. Dari sebuah posisinya yang tertinggi, kami masih tetap saja terkagum-kagum bisa melihat Stasiun Shinkansen jauh di bawah sana, tempat kereta yang akan membawa kami kembali ke Tokyo.

Bagi saya sendiri, perjalanan hari itu merupakan perjalanan penuh rasa yang saling bertolakbelakang namun berada di hati yang sama dan tak terpisahkan, dengan pengelolaan yang seharusnya seimbang pula. Sebuah pembelajaran yang mengingatkan saya kepada Sang Nabi-nya Kahlil Gibran dalam Suka & Duka

Bahwa keduanya tidak terpisahkan.
Bersama-sama keduanya datang, dan bila yang satu sendiri bertamu di meja makanmu,
Ingatlah selalu bahwa yang lain sedang ternyenyak di pembaringanmu.

DSC06818

The Gondola of Gala Yuzawa

DSC06819
The valley
DSC06832
Shinkansen Station is down there

Pos ini ditulis sebagai tanggapan atas tantangan mingguan dari Celina, A Rhyme in My Heart, dan Cerita Riyanti sebagai pengganti Weekly Photo Challenge-nya WordPress, yang untuk tahun 2019 minggu ke-34 ini bertema Black & White agar blogger terpacu untuk menulis artikel di blog masing-masing setiap minggu. Jika ada sahabat pembaca mau ikut tantangan ini, kami berdua akan senang sekali…

9 tanggapan untuk “Sepenggal Jalan Tanpa Warna

    1. Ih, komen ini tidak masuk ke notif aku, jadinya aku malah ga tau ada komen darimu kalo saja aku gak masuk ke post ini 😦 Maaf ya Na… Hahaha iya malem-malem pake tenggat jam 23.59, bermodal tissue kan jadi pilek mendadak… 😀

      Disukai oleh 1 orang

Please... I'm glad to know your thoughts

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.