Look At The Top of The World


Tahun 2014

Sudah lama sekali saya memelihara impian untuk melihat Himalaya, barisan pegunungan berpuncak salju abadi dengan Mt. Everest yang menyandang gelar sebagai gunung tertinggi di dunia. Awalnya saya tak tahu harus bagaimana untuk bisa melihat Himalaya, apakah dari India, China atau Nepal. Telah berulang kali saya browsing untuk ke Leh, Ladakh untuk bisa merealisasikan impian itu, tetapi tidak pernah terjadi. Tetapi akhirnya cerita seorang teman yang terlebih dahulu menjejak di sana, membuat bulat keputusan itu. Saya harus ke Nepal. Sendiri!

Dan November tahun itu juga, impian itu benar-benar mewujud. Sengaja saya memilih kursi jendela di sebelah kanan dalam penerbangan siang. Dan sekitar satu jam jelang sampai, perasaan itu langsung berkecamuk begitu hebatnya, saat mengetahui barisan awan putih di horison sesungguhnya adalah pegunungan Himalaya yang saya rindukan. Saya melihatnya langsung, meskipun kecil, jauh dan bercampur awan. Tetapi awan adalah awan, Himalaya bertudung salju itu ada di sana. Berjajar dengan indahnya. Penguasa Alam Semesta selalu baik.

1IMG_0004
Himalaya and the Clouds at the horizon

Demi melihat Himalaya dari dekat, saat itu saya menabung agar bisa mengambil Mountains Flight, sebuah penerbangan wisata menjajari pegunungan itu dari jarak terdekatnya. Pada harinya, siapa sangka, saya yang check-in sejak pagi ternyata disela oleh banyak turis yang menggunakan jasa tur sehingga akhirnya saya mendapat nomor kursi terakhir? Tapi ah, saya telah banyak belajar untuk bisa menerima setiap peristiwa yang terjadi dengan ikhlas tanpa ekspektasi berlebihan. Namun siapa sangka, kejadian itu merupakan anugerah? Saya mendapatkan nomor terakhir, dengan dua jendela di sebelah kiri dan dua jendela di sebelah kanan karena tempat duduk di sebelah kanan kosong.

Pagi itu saya duduk sendiri menatap keluar jendela ke arah pegunungan Himalaya yang terlihat sangat indah. Rasa syukur saya tak berhenti sepanjang penerbangan hingga berkali-kali saya menghapus airmata bahagia. Alhamdulillah, sungguh saya orang yang paling beruntung di dunia, Begitu banyak anugerah terlimpah buat saya.

Belum selesai mengucap syukur, saya dipanggil pramugari untuk bisa melihat Himalaya dari ruang cockpit. Dan saat itulah saya mendapat anugerah terbesar dalam perjalanan itu. Puncak Mt. Everest yang bersaput awan sesaat menampakkan diri, memperlihatkan setitik puncaknya. Hanya setitik! Oh, betapa saya beruntung karena menjadi satu-satunya dalam penerbangan itu yang melihatnya karena giliran orang lain setelah saya hanya bisa melihat Mt. Everest yang kembali tertutup awan.  

Bahkan setitik puncaknyapun, bagi saya sudah cukup. Itu adalah Mt. Everest, gunung tertinggi di dunia dan saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Impian saya begitu lama sudah terealisasi.

Tetapi bisa jadi Semesta tidak menginginkan saya meninggalkan Nepal hanya dengan ingatan Setitik Puncak Gunung Everest. Dalam penerbangan pulang ke Jakarta, kali ini pegunungan Himalaya itu tampak bersih dari awan, dan tentunya Mt. Everest yang memperlihatkan puncak khasnya. Lagi-lagi Himalaya membuat saya terharu-biru. Akankah ada lagi perjalanan ke pegunungan bertudung salju itu untuk saya? Saat itu saya tak pernah tahu.

April 2015

Gempa besar melanda Nepal, termasuk longsoran yang melanda kawasan Everest. Hati saya mengerut dalam doa.

Tahun 2017

Siapa sangka, sekali lagi saya diberikan kesempatan melakukan perjalanan ke Nepal, melakukan trekking di Himalaya dan melakukan mountain flight dan saat itu Mt. Everest benar-benar menampilkan keindahannya. Dengan mata tak berkedip dan tangan menempel di jendela seakan ingin menyentuhnya langsung, saya menyaksikan gunung tertinggi di dunia itu dari pesawat kecil saya. Mungkin banyak orang bermimpi untuk bisa melihat Himalaya dan melihat Everest namun belum mendapatkan kesempatannya, sedangkan saya telah berulang kali dan semakin jelas. Sungguh saya telah banyak menerima anugerahNya. Rasanya bersyukur saja tak akan cukup.

5DSC00640
Everest View From the 2nd Mountain Flight

Dan saya tak pernah bermimpi sekalipun, dalam tahun itu juga, saya bisa menjejak Himalaya lagi. Lebih dekat lagi, bukan dari atas melainkan dari tanah pegunungan yang sama yang menyambung ke Gunung Everest itu, berada di Taman Nasionalnya. Saya berjalan seakan melata di kaki dan punggung bukit-bukitnya untuk menyaksikan langsung dari tanah yang sama. Begitu dekat.

Saya tak pernah tahu adakah kesempatan bagi saya untuk melihatnya lagi dari dekat. Impian itu tetap saya pelihara dalam jiwa sembari terus mengucap syukur atas semua kesempatan menyaksikan keindahan alamnya sejak berupa garis horison tak jelas, lalu setitik puncak, lalu Everest yang semakin jelas, semakin dekat. Terima kasih Ya Allah atas semua anugerah yang berlimpah tak henti.

620170924_082733
Mt. Everest from Everest viewpoint, on the way to Namche Bazaar

Pos ini ditulis sebagai tanggapan atas tantangan mingguan dari CelinaA Rhyme in My Heart, dan Cerita Riyanti sebagai pengganti Weekly Photo Challenge-nya WordPress, yang untuk tahun 2019 minggu ke-25 ini bertema A View from The Top agar blogger terpacu untuk menulis artikel di blog masing-masing setiap minggu. Jika ada sahabat pembaca mau ikut tantangan ini, kami berdua akan senang sekali…

10 tanggapan untuk “Look At The Top of The World

    1. Ini kenapa ketinggalan dibalas ya? Maaf yaaa….
      Terima kasih… memang benar, memelihara mimpi itu lalu menjadi nyata itu rasanyaaa wah banget. Tidak akan terlupakan, terima kasih sudah mampir 🙂

      Suka

Please... I'm glad to know your thoughts

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.