Korea – Istana Changdeokgung Seoul


Setelah mengunjungi Deoksugung, Istana selanjutnya yang saya kunjungi di Seoul adalah Istana Changdeokgung. Dodolnya, saya tidak memperhatikan lokasi tepatnya dan karena menggunakan subway, saya harus turun tangga ke platform kereta, lalu naik tangga (lagi) ke permukaan bumi yang pintu Exit-nya ternyata salah sehingga harus jalan kaki (lagi) untuk kembali kearah yang benar. Kaki rasanya mau putus akibat rendahnya awareness saya pada lingkungan.

Padahal Istana Changdeokgung dicatat sebagai UNESCO World Heritage Site pada tahun 1997 dan dinyatakan sebagai contoh luarbiasa dalama kategori arsitektur istana dan kebun di kawasan Timur Jauh, terlebih lagi karena bangunan-bangunannya terintegrasi dengan lingkungan alam sekitarnya yang sangat harmonis.

p1040036
The 2 stories Donhwamun, the gate of Changdeokgung

Karena alasan itulah, -walau dengan kaki yang diseret-seret pun-, saya memaksa diri dan akhirnya saya sampai juga di Donhwamun, pintu gerbang utama Istana Changdeokgung, yang terlihat megah di hadapan. Gerbang Donhwamun ini dibangun pada tahun 1412, dengan struktur kayu dua lantai dan merupakan yang terbesar dari semua gerbang istana. Seperti banyak bangunan lain di Korea Selatan, Donhwamun inipun dibakar selama invasi Jepang pada tahun 1592 dan dibangun kembali pada 1608. Dan seperti juga gerbang-gerbang lain di Istana manapun di dunia ini, dalam perjalanan sejarahnya, walaupun diserang, dirubuhkan, dihancurkan, tetap saja ada yang membangun kembali untuk menjaga bangunan yang lebih penting yang berada di baliknya.

Melewati Donhwamun, saya menyaksikan konter tiket penuh dengan pengunjung sehingga saya memilih mundur sesaat untuk membaca situasi. Wisata ke Istana Changdeokgung memang terbagi dua ada yang hanya membeli tiket istana saja dan ada juga yang membeli tiket Istana termasuk Taman Rahasia (Secret Garden).  Saya memilih yang kedua dan karenanya saya memiliki waktu untuk menjelajah Istana hanya beberapa saat, sebab untuk ke Taman Rahasia, saya diharuskan ikut dalam sebuah rombongan dengan guide dan tidak diperkenankan sendiri berkeliaran. Petugas tiket meminta saya untuk datang pada waktu yang ditentukan di gerbang Secret Garden. Sementara itu, saya akan berkeliling Istana yang tidak kalah besar dari Deoksugung. Semoga kaki saya masih kuat…

Sebagai istana resmi kedua dari Dinasti Joseon (1392 – 1897), -setelah Istana Gyeongbukgung-, Istana Changdeokgung dengan luas sekitar 45 hektar di daerah Jongno di kota Seoul ini, sejatinya dibangun pada abad-14 sebagai rumah kediaman kerajaan. Dan sesuai arti dari Changdeokgung, harapan dapat memberikan kemakmuran dan kebajikan sepanjang masa, sepertinya terwujud karena hingga kini Istana ini yang paling terawat dari empat lainnya yang ada di Seoul.

Melangkah di atas jembatan yang belakangan saya tahu namanya Geumcheongyo merupakan langkah luar biasa karena itu artinya saya melangkah di atas jembatan yang telah berusia ratusan tahun dan bertahan hingga kini. Dibangun pada tahun 1411, jembatan ini memiliki struktur dua lengkungan dan ukiran hewan mitos yang disebut Haetae di selatan dan patung kura-kura yang disebut Hyeonmu di utara. Konon selain patung-patung itu, masih ada ukiran lain yang bertujuan untuk mengusir roh jahat, dimana-mana ada ya upaya seperti itu yaa… Saya melewati jembatan yang juga memiliki lubang angin dan hiasan kelopak teratai di sisi samping.

Entah kenapa setiap melangkah memasuki kawasan istana, saya melangkah hati-hati seakan meminta ijin lewat pada setiap saksi bisu dari begitu banyak kisah getir kehidupan Istana. Setelah melewati sebuah gerbang lainnya, saat semua orang bergegas menuju bangunan Utama, saya berbalik arah mengikuti suara hati yang berbisik. Nafas saya tertahan sejenak melihat indahnya warna warni dedaunan di musim gugur yang menjadi latar belakang dan terbingkai dalam pintu gerbang kayu yang lebar. Jika saya tak berbalik tadi, pemandangan indah ini takkan terekam dalam benak.

Mungkin keindahan seperti ini yang menggerakkan hati Raja Seongjong, Raja ke-9 dari Dinasti Joseon, yang menjadikan Istana Changdeokgung sebagai kediaman resminya. Sayang, pada tahun 1592 saat keluarga istana menyelamatkan diri dari upaya invasi Jepang ke Korea, rakyat menjadi sangat marah hingga membakar seluruh bangunan istana. Kemudian berkat upaya Raja Seonjo istana dibangun kembali dua dekade setelah pembakaran. Namun begitulah kehidupan Istana yang tak bisa lepas dari perebutan kekuasaan dan pengkhianatan, sehingga di tahun 1623 Istana Changdeokgung kembali dihancurkan. Dalam sejarahnya, walaupun diserang juga oleh Dinasti Manchu dari China, tetapi Istana Changdeokgung ini tetap dibangun kembali dengan disain awal hingga kini.

Bahkan Kaisar terakhir Korea, Sunjong, menghabiskan saat-saat terakhirnya di Istana ini hingga ajal menjemputnya di tahun 1926. Sepeninggal Kaisar Sunjong, Putra Mahkota Yi Un diperbolehkan tinggal di Bangunan Nakseonjae bersama isterinya Puteri Bangja dan adiknya Puteri Deokhye hingga akhir hayat, meskipun fasilitas ini kadang ditentang oleh pemerintahan Korea yang silih berganti. Perubahan bentuk pemerintahan Korea yang tak lagi bersifat monarki ini berdampak pada kejiwaan anak Sang Putera Mahkota yang bernama Yi Gu. Walaupun bisa tinggal beberapa saat di Istana ini, akhirnya ia lebih memilih meninggalkan Seoul untuk menetap di Tokyo.

Injeongjeon

Saya sampai di Injeongmun, gerbang yang langsung menghadap Injeongjeon. Bangunan Injeongjeon merupakan ruang tahta Istana Changdeokgung yang digunakan untuk urusan resmi kerajaan termasuk penobatan raja baru dan menerima utusan asing. Sebagai bangunan utama di Istana Changdeokgung, Injeongjeon dibangun pada tahun 1405 dan mengalami penghancuran beberapa kali namun tetap dibangun kembali. Di depan pintu terdapat inskripsi berangka tahun 1609 yang menjelaskan jalan resmi dan halaman berdasar batu pipih. Selain itu ada pula yang menjelaskan ranking jabatan di kalangan  pejabat Istana. Setiap orang harus berdiri di belakang nomor batunya masing-masing, semakin tinggi jabatannya semakin dekat tingkat berdirinya dengan Raja.

Saya melongok ke dalam ruang tahta yang penuh dengan pilar-pilar kayu kokoh bernuansa merah dengan tahta berkanopi penuh hiasan. Entah berapa Raja yang pernah menduduki tahta itu. Tahta bisu yang tak menghakimi menyaksikan siapapun dengan hati penuh kemuliaan atau justru penuh khianat demi bisa mendudukinya. Begitulah sifat kekuasaan yang terus menggoda hati manusia…

Namun siapapun yang menduduki tahta, Istana Changdeokgung sepertinya memiliki keberuntungannya sendiri. Bisa jadi karena dibangun berdasarkan perhitungan rumit Feng Shui, dengan Gunung Bugaksan di bagian belakang Istana dan Sungai Geumcheon berada di bagian depan. Kondisi ini membuat bangunan-bangunan tampak absurd dalam penataan, tetapi sesungguhnya semuanya terbangun dalam sebuah harmoni dengan lingkungan sekitarnya.

Seonjeongjeo

Saya melanjutkan perjalanan menuju Seonjeongjeon. Disinilah tempat Raja berkantor, menerima pejabat Negara, melakukan pertemuan setiap hari dengan menteri, melaporkan pada urusan negara dan seminar di sini. Entah saya yang salah persepsi atau apa, tetapi untuk ukuran seorang orang nomor satu di sebuah Negara, menurut saya Seonjeongjeon tidak terlalu luas, walaupun ada juga ruangan lain untuk para pembantunya, kalau sekarang mirip dengan fungsi Sekpri kali yaa… Namun tak hanya itu fungsinya Seonjeongjeon, karena selain untuk kantor, Seonjeongjeon ini juga dipakai sebagai ruang doa jika ada keluarga kerajaan yang mangkat. Hiiii… dan biasanya doa persemayaman untuk keluarga kerajaan itu akan lama sekali, bisa berbulan-bulan, bahkan jika Raja bisa setahun! Lalu kantor sehari-hari pindah kemana ya?

Menariknya, ada koridor yang menghubungkan Seonjeongjeo dan gerbangnya (Seonjeongmun), bisa jadi agar tidak kehujanan saat berdoa untuk persemayaman. Inilah kelebihan Seonjeongjeon, bahkan di Injeongjeon (ruang tahta) tidak ada koridor yang menghubungkan gerbang dan ruang tahtanya.

Kaki mengajak tubuh ini melangkah kearah Timur, menuju Huijeongdang, yang dikenal dengan ruangan pribadi Raja. Saya berpikir akan menemukan ruang tidur, namun yang terlihat adalah ruang kerja lengkap dengan seperangkat kursi. Ternyata memang sejarah mencatat perubahan fungsi Huijeongdang ini. Apa yang saya rasakan bahwa Seonjeongjeon terlalu kecil ternyata benar, karena Raja  memindahkan kantornya ke Huijeongdang dan menjadi Pyeonjeon (Ruang Kerja Raja). Walaupun Huijeongdang hancur terbakar pada tahun 1917, Huijeongdang direkonstruksi kembali namun berubah dari disain aslinya dengan menambahkan gaya Barat pada akhir masa fungsinya seperti adanya tempat parkir kendaraan di bagian depan, jendela kaca dan lampu gantung listrik, fasilitas modern pada kamar mandi dan furniture bergaya baroque.

Saya masih dapat melongok ke dalam ruang tidur Raja, namun dengan segera menghilangkan pikiran-pikiran jahil saat melihat lorong-lorong tertutup menuju kamar-kamar lain. Sudahlah… itu biasa… 😀

Berdekatan dengan Huijeongdang terdapat bangunan yang dikenal dengan nama Daejojeon, yaitu tempat tinggal resmi permaisuri. Sayangnya Daejojeon terbakar pada tahun 1917 dan direkonstruksi dengan bahan yang diambil dari Istana Gyeongbokgung. Sejarah juga mencatat bahwa Daejojeon terakhir digunakan oleh permaisuri terakhir Joseon, sehingga saya bisa memperkirakan bagaimana perjalanan rumah tangga kerajaan Dinasti Joseon pada masa-masa terakhirnya.

img_9884
Huijeongdang and Daejojeon, the private area for the King and Queen

Walaupun masih ada tempat-tempat lain yang mungkin menarik, saya diingatkan oleh bunyi alarm agar segera bergegas menuju titik pertemuan tour ke Taman Rahasia (Secret Garden) Changdeokgung, karena jika terlambat, saya tidak akan bisa masuk ke Taman Rahasia itu. Ah, segala sesuatu yang rahasia, akan terasa menarik…

*****

Akses  
[Subway]

  1. Jongno 3 (sam)-ga Station (Subway Line 1, 3 or 5), Exit 6. Jalan sekitar 10-menit untuk ke gerbang
  2. Anguk Station (Seoul Subway Line 3), Exit 3. Jalan lurus ke timur sekitar 5 menit untuk ke gerbang.
    [Bus]
    Bus No. 7025, 151, 162, 171, 172, 272 or 601 turun di Changdeokgung Palace Bus Stop

Tutup Setiap Senin

Jam Buka  Feb-Mei, Sep-Okt 09:00-18:00 /  Jun-Ags 09:00-18:30 / Nov-Jan 09:00-17:30

Harga tiket  Dewasa (19-64): 3,000 won / Anak-anak & Remaja (<18): 1,500 won

****

Beberapa Cerita perjalanan lainnya di Korea:

  1. Korea – Warna Warni Istana Deoksugung
  2. Ada Bahasa Indonesia di Seoraksan
  3. Hwangseong Fortress – Menjadi Warisan Dunia karena Sebuah Buku Tua
  4. Di Haeinsa Mahakarya Kayu Dijaga Berabad-abad

30 tanggapan untuk “Korea – Istana Changdeokgung Seoul

  1. Saya itu hampirrr aja memutuskan untuk pergi ke Korea Selatan di bulan-bulan awal tahun 2017 ini. Tapi akhirnya diputuskan untuk ke tempat lain dulu. Ehh, malah mampir ke postingan Mbak Riyanti mengenai istana-istana kuno di Seoul. Jadi kepikiran lagi deh. Pergi ke sana pas musim gugur sepertinya menyenangkan banget buat mata ya. Warna dedaunannya itu lho, bikin teduh.

    Disukai oleh 1 orang

    1. Bener banget mas Bama, musim gugur bagus banget tp biasanya waktu bukanya lebih pendek. Spring kan juga bagus banyak bunga2. Tp omong2, mas Bama idungnya masih bagus kan? Ke Korea ga mau oplas kan? *kabuurrrrr

      Suka

  2. Wahahaha. Tragedi salah exit juga pernah aku alami di Singapura, mbak. Gara-gara salah exit, aku gagal ke Chinatown dan malah berakhir ke Eu Tong Sen Street. Jalan terus, eh malah makin deket ke Merlion Park 😀

    Dedaunan dan bunga-bunganya syakeeepppp!

    Disukai oleh 1 orang

    1. Wkwkwkwk… emang kayaknya tragedi salah exit bisa jadi postingan sendiri ya Nug… tp ya kalo di Korea mampus aja deh naik tangganya… udah kayak doggie deh dengan lidah menjulur karena ngos-ngosan hahaha…

      Suka

Please... I'm glad to know your thoughts

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.